Bismillah,
Pada saat sholat, terkadang (atau malah seringkali?) pikiran manusia tidak fokus/khusyu’. Akibatnya sholatnya, meski sah, bisa dibilang ‘berantakan’. Bahkan Rasululloh SAW sekalipun pernah mengalaminya. Namun beliau juga mencontohkan bagaimana solusinya.
Solusinya adalah SUJUD SAHWI, sebagaimana paparan hadits berikut ini:
* Dari Abdullah r.a.: Rasulullah mengimami kami dalam Sholat Zuhur dan melakukan lima rakaat. Seseorang bertanya padanya apakah “shalat telah selesai ditunaikan”. Beliau (Rasulullah) berkata, “Dan apakah itu?” Mereka (para jamaah) menjawab, “Engkau telah melakukan lima rakaat.” Kemudian Rasulullah melakukan dua sujud (sahwi) setelah ia menyelesaikan shalat dengan salam.
* “Dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu, bahwasanya Nabi shallallaahu alaihi wasallam shalat Dhuhur atau Ashar bersama para sahabat. Beliau salam setelah shalat dua rakaat, kemudian orang-orang yang bergegas keluar dari pintu masjid berkata, ‘Shalat telah diqashar (dikurangi)?’ Nabi pun berdiri untuk bersandar pada sebuah kayu, sepertinya beliau marah. Kemudian berdirilah seorang laki-laki dan bertanya kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah Anda lupa atau memang shalat telah diqashar?.’ Nabi berkata, ‘Aku tidak lupa dan shalat pun tidak diqashar.’ Laki-laki itu kembali berkata, ‘Kalau begitu Anda memang lupa wahai Rasulullah.’ Nabi shallallaahu alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat, ‘Benarkah apa yang dikatakannya?’. Mereka pun menga-takan, ‘Benar.’ Maka majulah Nabi shallallaahu alaihi wasallam, selanjutnya beliau shalat untuk melengkapi kekurangan tadi, kemudian salam, lalu sujud dua kali, dan salam lagi.” (Muttafaq ‘alaih)
* “Dari Abdullah bin Buhainah radhiallaahu anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam shalat Dhuhur bersama mereka, beliau langsung berdiri setelah dua rakaat pertama dan tidak duduk. Para jama’ah pun tetap mengikuti beliau sampai beliau selesai menyempurnakan shalat, orang-orang pun menunggu salam beliau, akan tetapi beliau malah bertakbir padahal beliau dalam keadaan duduk (tasyahhud akhir), kemu-dian beliau sujud dua kali sebelum salam, lalu salam.” (Muttafaq ‘alaih)
* “Dari Abdullah Ibnu Mas’ud radhiallaahu anhu, bahwasanya Nabi shallallaahu alaihi wasallam bersabda, ‘Apabila salah seorang dari kamu ada yang ragu-ragu dalam shalatnya, maka hendaklah lebih memilih kepada yang paling mendekati kebenaran, kemudian menyempurnakan shalatnya, lalu melakukan salam, selanjutnya sujud dua kali’. (Muttafaq ‘alaih)
(di beberapa kitab, ada yang menyebutkan, jika kita menjadi imam lalu diingatkan ketika sholat, maka sujud sahwi dilakukan SEGERA, SEBELUM mengucap salam)
Sujud sahwi perlu dilakukan bila:
- kelebihan raka’at.
- bila kekurangan raka’at, teruskan/selesaikan dahulu raka’at tersisa, lalu di ujung sholatnya, baru sujud sahwi.
- ada keraguan dalam sholat
- lupa tasyahud awal
Pada saat sujud sahwi tidak ada bacaan khusus. Namun ada juga yg membaca ”Subhaana man laa yanaamu wa laa yashuu” artinya ”Maha Suci Dzat yang tidak tidur dan tidak lupa”. Akan tetapi, ada juga ulama yg mengatakan bacaannya sama dengan bacaan sujud biasa, ”Subhana Rabbiayal A’la” atau “Subhanakallahumma Wa Bihamdika Allahummaghfirli.”
Semoga berguna.
SUMBER : http://tausyiah275.blogsome.com/category/hadits/
Pada saat sholat, terkadang (atau malah seringkali?) pikiran manusia tidak fokus/khusyu’. Akibatnya sholatnya, meski sah, bisa dibilang ‘berantakan’. Bahkan Rasululloh SAW sekalipun pernah mengalaminya. Namun beliau juga mencontohkan bagaimana solusinya.
Solusinya adalah SUJUD SAHWI, sebagaimana paparan hadits berikut ini:
* Dari Abdullah r.a.: Rasulullah mengimami kami dalam Sholat Zuhur dan melakukan lima rakaat. Seseorang bertanya padanya apakah “shalat telah selesai ditunaikan”. Beliau (Rasulullah) berkata, “Dan apakah itu?” Mereka (para jamaah) menjawab, “Engkau telah melakukan lima rakaat.” Kemudian Rasulullah melakukan dua sujud (sahwi) setelah ia menyelesaikan shalat dengan salam.
* “Dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu, bahwasanya Nabi shallallaahu alaihi wasallam shalat Dhuhur atau Ashar bersama para sahabat. Beliau salam setelah shalat dua rakaat, kemudian orang-orang yang bergegas keluar dari pintu masjid berkata, ‘Shalat telah diqashar (dikurangi)?’ Nabi pun berdiri untuk bersandar pada sebuah kayu, sepertinya beliau marah. Kemudian berdirilah seorang laki-laki dan bertanya kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah Anda lupa atau memang shalat telah diqashar?.’ Nabi berkata, ‘Aku tidak lupa dan shalat pun tidak diqashar.’ Laki-laki itu kembali berkata, ‘Kalau begitu Anda memang lupa wahai Rasulullah.’ Nabi shallallaahu alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat, ‘Benarkah apa yang dikatakannya?’. Mereka pun menga-takan, ‘Benar.’ Maka majulah Nabi shallallaahu alaihi wasallam, selanjutnya beliau shalat untuk melengkapi kekurangan tadi, kemudian salam, lalu sujud dua kali, dan salam lagi.” (Muttafaq ‘alaih)
* “Dari Abdullah bin Buhainah radhiallaahu anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam shalat Dhuhur bersama mereka, beliau langsung berdiri setelah dua rakaat pertama dan tidak duduk. Para jama’ah pun tetap mengikuti beliau sampai beliau selesai menyempurnakan shalat, orang-orang pun menunggu salam beliau, akan tetapi beliau malah bertakbir padahal beliau dalam keadaan duduk (tasyahhud akhir), kemu-dian beliau sujud dua kali sebelum salam, lalu salam.” (Muttafaq ‘alaih)
* “Dari Abdullah Ibnu Mas’ud radhiallaahu anhu, bahwasanya Nabi shallallaahu alaihi wasallam bersabda, ‘Apabila salah seorang dari kamu ada yang ragu-ragu dalam shalatnya, maka hendaklah lebih memilih kepada yang paling mendekati kebenaran, kemudian menyempurnakan shalatnya, lalu melakukan salam, selanjutnya sujud dua kali’. (Muttafaq ‘alaih)
(di beberapa kitab, ada yang menyebutkan, jika kita menjadi imam lalu diingatkan ketika sholat, maka sujud sahwi dilakukan SEGERA, SEBELUM mengucap salam)
Sujud sahwi perlu dilakukan bila:
- kelebihan raka’at.
- bila kekurangan raka’at, teruskan/selesaikan dahulu raka’at tersisa, lalu di ujung sholatnya, baru sujud sahwi.
- ada keraguan dalam sholat
- lupa tasyahud awal
Pada saat sujud sahwi tidak ada bacaan khusus. Namun ada juga yg membaca ”Subhaana man laa yanaamu wa laa yashuu” artinya ”Maha Suci Dzat yang tidak tidur dan tidak lupa”. Akan tetapi, ada juga ulama yg mengatakan bacaannya sama dengan bacaan sujud biasa, ”Subhana Rabbiayal A’la” atau “Subhanakallahumma Wa Bihamdika Allahummaghfirli.”
Semoga berguna.
SUMBER : http://tausyiah275.blogsome.com/category/hadits/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar